Selasa, 08 September 2009

CERPEN : "Surya di Pelupuk Mata"





Pagi yang cerah dan sejuk, tepatnya pukul 04.50 pemuda itu baru saja keluar dari sebuah mushola kecil yang ada di area hotel tempat ia menginap. Di daerah perbukitan asri kawasan gunung Tawang. Pemuda itu melihat- lihat di seberang sana ada beberapa orang sudah di sibukkan dengan aktifitasnya masing masing, ada yang mau ke pasar, ada yang mau ke ladang, ada juga yang hanya sekedar jalan- jalan pagi. Dari kejauhan memang terlihat bukit Tibayan yang elok menawarkan pesona jalanan berliku dengan tebing dan jurang terjal di sisi kiri dan kanannya, elok sekali. Pemuda itu memandang pesona alam ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa, “Subhanallah” gumam pemuda itu, ia jadi ingin kesana untuk menikmati pesona alam semesta ciptaan Tuhan yang maha kuasa. Sepertinya ia tak membuang waktunya berlama lama, ia mengambil sandal lalu dipakai dan langsung menuju hotel. Pemuda itu masuk ke kamar, untuk berganti pakaian, ia memakai kaos oblong warna biru tua dan celana training panjang serta pakai sepatu kets putih. Hampir saja ia kelupaan, “aku juga harus membawa camera digital untuk mengabadikan gambar yang menawan disana” gumamnya. Pemuda itu baru mau mengunci pintu kamar, dan tiba-tiba “kring kring…” handphonenya berbunyi sangat keras karena volume deringnya ia atur di level paling kencang. Pemuda itu masuk lagi ke kamar dan mengambil handphone nokia 9500i Comunicator X series. Lalu mengangkat telpon itu,
“Halo, assalaamualaikum” pemuda itu menjawab telponnya
“Waalaikum salam, Mas yaseer, ini aku Aleeya”
“Oh ya, ada apa Ya? Kok tumben pagi pagi sudah telpon?” Sahut pemuda itu yang tak lain bernama Yaseer, nama lengkapnya Yaseer Amirul Yafiq.
“Iya Mas, maaf kalo mengganggu,pagi gini aku udah nelpon, ga apa apa kan?
“Oh nggak apa apa, ada apa Ya?
” Gini Mas, nanti sore di kantorku mau ada acara, mas Yaseer tolong bantuin aku ya?”
“Acara apa? Dan aku harus bantu apa?
“Acara syukuran kelahiran anak kedua bos aku”
“Aqiqoh maksudmu?”
“Iya, aqiqohan”
“Trus?
” Gini mas, bos aku itu minta tolong ke aku mencarikan ustadzah untuk acara syukurannya, aku udah muter muter kesana kemari tapi ustadzah yang aku kenal lagi ada acara semua”
“Kalau ustadzah Ismi , kamu udah kesana?” Tanya Yaseer
“Udaaa..h, beliau lagi ada acarakeluarganya sendiri, trus ustadzah Afi juga lagi ke Semarang, Ustadzah hilma baru melahirkan, gimana Mas, deadlinenya hari ini, tolongin aku dong Mas, biar dapet ustadzah untuk mengisi acara itu, y a Mas ya” pinta Aleeya dengan agak merengek seperti anak kecil yang merengek pada ibunya.
“Mmm gini aja, aku telponkan ustadz Arief gimana?
“Jangan Mas, bos aku mintanya ustadzah kok bukan ustadz”
“Eeemm.. siapa ya..?, “ Yaseer mengerutkan dahi sembari mengingat ngigat, lalu “oh ya aku ingat, kalo ustadzah faiza gimana? Kalo mau ntar ku kasih no telpon rumahnya, ntar kamu telpon beliau dulu bisa atau nggak, sekalian nanti aku smsin alamatnya”
“Tempatnya jauh nggak Mas dari kantorku”
“Mmm kurang lebih 30 menit perjalananlah, beliau tinggal di Tebet”
“Oo ya udah aku tunggu sms nya ya Mas, eh iya Mas Yaseer lagi ngapain?
“Aku lagi mau jalan jalan pagi sebentar”
“Loh kok tumben Mas jalan jalan pagi?’”
“ Iya Ya, ini aku kan lagi ada penelitian, tugas dari kantor, ini aku ada di luar kota, bukan di Jakarta lho’
“Oh ya? Dimana?”
“Di Klaten, tepatnya sih di Tibayan, deket Gunung Tawang”,
“Enak dong sekalian liburan, yang penting jangan lupa oleh olehnya aja”
“Insyaalloh”
“Ya udah dulu Mas, nanti Mas mau jalan jalan pagi jadi kesiangan dech, aku tunggu sms nya ya, trima kasih sebelumnya, assalamualaikum”
“Wa alaikum salam”
Yaseer lalu mengetik sms yang ia janjikan pada Aleeya tadi, setelah selesai iapun membawa handphone dan camera digitalnya, lalu bergegas keluar dan mengunci pintu kamar.

Yaseer langsung menuju area parkir mobil. Setelah sampai di parkiran ia memanasin dulu mesin mobilnya nya sebentar . Tak berapa lama kemudian yaseer langsung masuk ke mobil dan mengendarai mobil sedan Mitsubishi Eterna tahun 1992 itu dengan agak kencang menuju bukit Tibayan. Meskipun usia mobilnya sudah tua, tapi tampilan dan performanya tidak kalah dengan mobil mobil baru rakitan tahun 2000an. Ia sangat rajin merawat mobilnya, mobil yang pertama kali ia beli dari hasil kerja kerasnya sendiri selama ini. Saat pertama kali ia membeli mobil itu, kondisinya memang masih lumayan prima, terus ia menambahi beberapa aksesori dan juga modifikasi mesin dan body. Dengan perawatan yang teratur, maka pantaslah kalau mobilnya masih tampak seperti baru, padahal usia mobilnya itu sudah lebih dari 15 tahun.
Mobil sedan yang dikendarai Yaseer melaju berkelok mengikuti alur jalanan aspal mulus menuju bukit Tibayan, kaca jendela ia buka, sengaja ia tidak menghidupkan AC mobil, karena ia ingin menghirup udara segar di bukit Tibayan itu.Dan tak sampai 20 menit ia sudah sampai di perbukitan, kemudian Yaseer menghentikan mobilnya di sebuah beranda bukit, lalu ia turun dari mobilnya.
“Subhanallah, cantik sekali pemandangan disini” Yaseer bergumam terkagum kagum dengan pemandangan di bukit itu.
Lalu ia mengunci pintu mobilnya dan ia mau berlari lari kecil menuruni bukit, lalu ia akan naik lagi ke tempat ia parkir, sekedar untuk membakar kalori tubuhnya saja. Ia memang jarang berlari lari seperti ini di Jakarta, kesibukannya yang padat itulah yang membuat ia tidak bisa melakukannya di Jakarta.
Saat ia berlari lari kecil , di jalan ia bertemu dengan beberapa orang warga sekitar yang sudah menuju ke sawah ataupun mau ke pasar, setiap kali bertemu dengan warga sekitar ia selalu menyapa mereka, dan merekapun demikian. Warga dan desanya sungguh asri seolah menyatu dengan keseimbangan alam, menyatu dengan keranuman kesejukan alam dan hati mereka. Sungguh keagungan Tuhan yang telah memberikan keberkahan bagi desa dan warga tibayan dengan keramahannya, semoga akan beginilah seterusnya.
Sinar matahari mulai menampakkan kehangatan sinarnya, Tubuh Yaseer sudah basah karena berkeringat banyak, tinggal beberapa langkah lagi ia akan sampai di tempat ia memarkir mobilnya.Di depan Ia melihat ada seorang ibu tergopoh gopoh menuntun sepedanya, sepertinya ibu itu agak kesulitan mendorong sepedanya karena banyaknya muatan yang ia bawa. Yaseer tergerak hatinya untuk membantu mendorongkan sepeda ibu itu. Ia pun lantas meminta izin ibu itu.”mari bu saya dorongkan sepedanya” kata Yaseer, ibu itu hanya tersenyum dan mengangguk, mungkin karena lelah atau apa. Setelah Sampai di jalan yang agak landai merekapun berhenti.
“Mlampah mlampah Mas?” Tanya seorang ibu separuh baya yang menuntun sepeda ontelnya
“Eh ya kenapa Bu?” Tanya Yaseer di ikuti dengan nafas yang agak tersengal kepada Ibu tadi
“Ohh anu njenegan itu lagi jalan jalan? Olah raga?”
“Iya bu, sekedar cari keringat aja, ibu mau kemana”
“Ibu mau ke pasar, lho Masnya bukan orang sini to?”
“ Bukan bu, saya dari Jakarta”
“Oh tinggalnya disini dimana?”
“Di hotel Prisma Tawang bu, di seberang sana”
“Ohh pantes kok ngagem bahasa indonesa”
“Lho bu, ke pasarnya jauh?”
“Nggak Mas, Cuma dibawah sana, paling 10 menit lagi nyampe, wong jalanannya turunan, kan tinggal di glondor sama ngerem aja. O iya dalam rangka apa ke daerah sini Mas?”
”Ini bu saya ada tugas dari kantor saya di Jakarta untuk mensurvey daerah sekitar sini”
“Survey nopo mas kalo boleh tahu?”
“Survey tempat untuk Pembuatan tower penguat sinyal bu,”
“Tower yang untuk handphone itu ya?”
“Iya bu, betul bu biar sinyal hp di sini bagus”
“Sudah dapet tempatnya?
“Belum bu, rencananya nanti siang saya mulai survenya, tapi harus ijin dulu nanti ke kelurahan dan rt”
“Sudah pernah kesini sebelumnya?”
‘Belum bu, tapi kalau daerah sekitar sini seperti Pedan, Jatinom dan Woro pernah, kalau Tibayan sini baru kali ini”
“Sendirian saja mas?”
“Iya bu, sendiri saja”
“Lha mas nya ini sudah tahu belum kantor kelurahannya?”
‘Belum, tapi saya sudah ada alamatnya”
“Bh gitu, ya udah mas saya terima kasih sekali sudah dibantu, kapan kapan mampir ke rumah ya? Oh ya nama Mas siapa”
“Saya yaseer bu”
‘Saya bu minah,rumah saya dekat masjid al munawaroh sebelah selatan kelurahan tibayan. Nanti kalo pas ke kelurahan, silakan mampir ke gubuk saya”
“Iya bu terimakasih, insyaallah saya mampir”
“Monggo Mas”
“Iya monggo bu”
Yaseer memperhatikan ibu minah mengayuh sepedanya, setelah itu ia menuju ke mobilnya dan bersiap kembali menuju hotel.
Sesampainya di hotel, yaseer segera masuk ke kamarnya lalu bersiap mandi. Agenda hari ini ia harus ke kelurahan untuk meminta surat izin dari kelurahan, lalu selama 3 hari ke depan ia mensurvey tempat dimana akan di bangun tower penguat sinyal handphone untuk beberapa provider. Beberapa teman sejawatnya juga mendapat tugas yang sama dari kantor tempat ia bekerja. Seperti Ismail dan Huda mereka mendapat tugas untuk survey di Secang Magelang, Tony, luhut, dan Arfan mendapat tugas di kalianget daerah Wonosobo, sementara Misno, Tedy dan Hanif mendapat tugas survey di Pulohatu. Jadi hanya Yaseer yang mendapat tugas sendiri saja tanpa di dampingi teman teman sekantornya.

------------------------------------------------------“””””””””””””””””””””””””’----------------------------------------------
#Suara klakson, derungan mesin- mesin mobil, kepulan asap kendaraan umum dan kendaraan pribadi sudah mendominasi atmosfer pagi di Jakarta, padahal pagi ini baru menunjukkan pukul 07.30, sangat kontras dengan kaesrian desa Tibayan. Pagi itu Aleeya sudah bergulat dengan kemacetan jalanan kota di Jakarta. Ia berangkat dari rumahnya di bilangan Pondok Bambu Jakarta Timur sekitar pukul 06.00 tapi sudah terjebak macet di jalan Ngurah Rai Klender. Tapi Aleeya sepertinya memang sudah sangat akrab dengan kemacetan di Ibukota, sebenarnya ia juga bosan dengan kemacetan seperti ini, dalam hatinya ia bergumam” kapan Jakarta bisa lengang ya? Tapi malah aneh juga jadinya kalo Jakarta nggak macet” ia jadi teringat peristiwa mei 1998 kerusuhan, waktu itu ia masih duduk di kelas 6 SD, Aleeya dan keluarganya hendak pulang kampung ke Bandung dengan menggunakan mobil Toyota kijang nya, saat melewati jalanan Jakarta sungguh ia dan keluarganya terheran heran melihat kondisi jalanan di Jakarta yang tak biasa. Saat itu sekitar pukul 08.30 , biasanya Jakarta sudah macet kok ini sepi lenggang begini, iapun menanyakan hal itu kepada ayahnya “Yah, kok sepi ya jalanan, nggak seperti biasanya?” Tanya Aleeya
“Iya, Aleeya berdoa saja supaya di jalan tidak terjadi apa apa” jawab sang ayah
“Emangnya kenapa yah? Ad apa?’ Tanya aleeya lagi
“Sudahlah dik, kamu diam saja dan berdoa supaya kita semua selamat, coba dik leeya lihat di pinggir jalan itu, banyak sekali kerumunan orang orang,” sela Reno, kakak aleeya.
“Lho mereka kan sepertinya menunggu kendaraan umum “
“Coba Dik Leeya lihat, masak menunggu kendaraan umum sambil membawa pentungan dan senjata gitu, coba lihat!”
“Iya ya kak, kenapa ya?”
“Udah kamu diam aja, ntar kalau sudah sampai di rumah nenek pasti kakak kasih tahu kenapa”
Aleeya jadi tak mengerti , ia hanya heran kenapa jalanan seperti ini lengangnya, akhirnya ia pun hanya diam dengan hati bertanya Tanya.
“Awas Yah…astagfirullahal adzim.” Reno menjerit, dan sejurus kemudian mobil di rem mendadak, semua yang ada di mobil terkaget kaget. Jalanan yang tadinya sepi tiba tiba sudah banyak orang menyebrang tak beraturan, Reno , aleeya dan bapak ibunya mengamati dengan terheran heran apa yang ada di depannya, orang berlarian membawa komputer, baju, tv,bahkan juga ada yang membawa semen, mereka berlarian menjarah barang barang yang ada di dept store seberang jalan dan juga ruko ruko yang berjejeran disampingnya. Pak Mudi ayah Aleeya segera menguasai keadaan, ia tidak boleh panic, karena bisa bisa mobil yang ia bawa di bakar masa, segera Pak mudi mengambil ancang ancang dan mengamati celah jalan, dan akhirnya pun lolos.
“Yah, langsung masuk tol aja, di depan sana ada pintu masuk tol” pinta reno kepada ayahnya
“Iya Ren, ini Ayah juga menuju ke pintu tol” jawab sang Ayah
Merekapun sampai di Bandung dengan selamat, sepanjang perjalanan dari jalan tol Cikampek pak mudi menggeber Toyota kijangnya hingga 140km/jam itu karena jalanan sepi.
Trttttttteeeeeeeeeeeettt” bunyi klakson mobil membuyarkan lamunannya, Aleeya kaget, dan hamper saja mobilnya menyenggol mobil yang ada disampingnya, ia segera menguasai diri, tinggal 200 meter lagi kira kira ia sudah sampai di kantornya di Matraman. Sejurus kemudian ia sudah masuk di parkiran di depan kantornya. Aleeya membuka pintu mobilnya, menyangklong tas dan laptop. Meskipun pagi pagi sudah capek nyetir di jalanan Jakarta, tapi Aleeya tetap terlihat anggun dan memiliki aura kecantikan yang tak kalah dengan artis cantik Luna Maya. Ia mengenakan Blaser warna dongker dan celana panjang warna hitam dengan rambutnya lurus sebahu yang di biarkan terurai tetapi rapi. Aleeya segera berjalan menuju ke kantornya.
Seperti hari hari biasanya, sesampainya di kantor, ia selallu membuat the sendiri. Ia tidak biasa di ladeni oleh bu Markam yang biasa membuatkan minuman untuk orang – orang yang bekerja di kantornya. “Kring kriiing…” telephon di ruangannya bordering.
Aleeya lalu mengangkat telponnya
“Halo, selamat pagi”
“Pagi, Ya kamu udah dapet belum ustadzah yang mau mengisi acara nanti sore?” Tanya orang yang menelephon.
“Sudah Bu”
“Siapa”
“Ustadzah Faiza Bu, beliau tinggal di Tebet”
“Yang njemput sopo?”
“Saya sendiri Bu, nanti saya minta izin sekitar jam 3 sore untuk menjemputnya’
“O ya sudah, oiya jangan lupa bilang ke Pak usman, cateringnya jangan sampai telat”
“Iya bu”
“Ya, Setelah selesai acara nanti, kamu jangan langsung pulang lho ya, ada yang Ibu mau bicarakan sama kamu”
“Maaf Bu Shanti, kalau boleh tau tentang apa ya?”
“Ah itu nanti aja, nggak enak bicara lewat telepon, ya udah, Cuma mau taya itu aja kok assalamualaikum”
“Waalaikum salaam”
Aleeya lalu menutup teleponnya dan langsung bekerja.

Tidak ada komentar: